Kamis, 29 November 2012

Pendatang baru (pro)

Seorang yang menjadi pendatang baru dalam suatu kebudayaan akan memiliki personal eustress yang tinggi
Kajian Pro
Globalisasi yang terjadi dalam kehidupan kita membawa dampak yang baik maupun yang buruk. Tuntutan perkembangan zaman tak heran membuat seseorang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu budaya ke budaya yang lain, hal ini sering disebut dengan migrasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menetap. Adapun jenis-jenis migrasi tersebut adalah:
Ø  Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya.
Ø  Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, sebaliknya disebut ruralisasi
Ø  Imigrasi yaitu perpindahan penduduk ke suatu negara untuk menetap.
Ø  Emigrasi yaitu adalah perpindahan penduduk dari tanah airnya ke negara lain untuk menetap.
Adapun faktor – faktor yang mendorong migrasi dari suatu daerah antara lain:
Ø  Keadaan yang sulit di daerah asal, misalnya susah mencari pekerjaan.
Ø  Adanya bencana alam.
Ø  Sarana pendidikan di daerah asal yang tidak memenuhi standar kelengkapan dan standar kualitas.
Ø  Keadaan sosial budaya di daerah asl, misalnya adanya kawin paksa sehingga mendorong seseirang untuk berpindah ke daerah lain yang adatnya pernikahan lebih longgar.
Sedangkan faktor-faktor pemikat seseorang pendatang untuk melakukan migrasi adalah:
Ø  Adanya kesempatan kerja di daerah baru.
Ø  Adanya peluang untuk mendapatkan pendidikan, karir dan pendapatan yang lebih baik.
Ø  Tersedianya sarana rekreasi, hiburan, dan pusat-pusat kebudayaan.
Di dalam suatu daerah tentu menganut kebudayaan, tradisi, dan norma tertentu yang menampakkan identitas dan kekhasan tersendiri bagi daerah tersebut. Kesimpulan yang diambil dari berbagai tokoh mendefinisikan Kebudayaan itu sendiri merupakan seluruh hasil karya, rasa cipta masyarakat baik material maupun non material. Bentuk-bentuk kebudayaan tersebut menurut C. Kluckhon antara lain:
Ø  Peralatan dan perlengkapan hidup manusia ( alat-alat rumah tangga, produksi, transportasi dan lain sebagainya)
Ø  Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Ø  Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, hukum dan perkawinan)
Ø  Bahasa
Ø  Kesenian
Ø  Sistem pengetahuan
Ø  Religi
Dan fungsi dari kebudayaan tersebut adalah sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, melindungi diri dari alam, mengatur hubungan dengan manusia, serta sebagai wadah untuk menyampaikan perasaan. Berbicara tentang migrasi, maka di dalam kebudayaan tersebut juga mengandung norma yang mencakup tata kelakuan, kebiasaan dan cara. Norma sendiri merupakan patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Dengan adanya norma seorang pendatang akan mengetahui bagaimana dia akan bertindak sesuai dengan patokan yang berlaku pada suatu daerah. Dalam hal penyesuain diri yang dilakukan pendatang  terhadap suatu kebudayaan tertentu menimbulkan dua bentuk perilaku, yaitu:
Ø  Asimilasi yaitu pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
Ø  Akomodasi yaitu pemaburan dua kebudayaan dimana antara kebudayaan baru dan kebudayaan lama masih dipegang kuat.
Dalam melakukan suatu migrasi, suku bangsa pendatang akan turut membawa adat-istiadat, norma, agama dan berbagai bentuk organisasi sosial ke dalam lingkungan sosial budaya setempat. Budaya setempat bisa jadi berbeda secara sebagian maupun keseluruhan terhadap budaya yang ia bawa. Di tempat tujuan kebiasaan-kebiasaan yang dibawa dari daerah asal akan mengalami perubahan termasuk orientasi terhadap kampung halaman (Naim, 1984). Menurut (koenjaraninggrat, 1986) migrasi menyebabkan paham-paham kelompok manusia dan kebudayaan yang berbeda-beda, akibatnya individu dalam kelompok dihubungkan dengan unsur kebudayaan yang lain. Cohen juga menambahkan bahwa apabila kelompok suku bangsa memasuki daerah yang baru baginya, dimana kebudayaan itu terpisah secara fisik dengan kebudayaan asal akan melakukan adaptasi lingkungan sosial budaya secara fisik ditempat yang baru didatanginya. Menurut (Suharsono 1977:48) di dalam kebudayaan itu manusia memeliki seperangkat pengetahuan yang dipakai untuk memahami serta menginterpretasikan dirinya dengan lingkungan yang baru. Manusia juga mempunyai pengetahuan kebudayaan yang dipakai sehubungan dalam menghadapi kebudayaan suku bangsa asal setempat. Pengetahuan itu tentunya sangat banyak mendukung terhadap proses adaptasi.
Dalam menghadapi kebudayaan setempat, individu tertentu sering merasakan kesulitan dan menghadapi berbagai tantangan yang sering menimbulkan stress bagi individu tersebut. Tylor berpendapat bahwa stress merupakan hasil dari proses penilaian individu berkaitan dengan sumber pribadi yang dimilikinya untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Pakar lainnya Kirckaldy berpendapat bahwa stress akan muncul apabila ada tuntutan yang dirasakan seseorang menantang, menekan, membebani at`u melebihi penyesuaian diri individu tersebut. Intinya faktor terbesar yang dapat mempengaruhi stress adalah penyesuaian diri yang dimiliki individu atau ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan.
Selanjutnya, stress dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Distress (stress negatif) merupakan stress yang menggangu.
2.      Eustress (stress positif) merupakan stress yang tidak menggangu dan memberikan perasaan bersamangat kepada individu yang mengalami stress.
Dalam hal ini seseorang dikatakan memiliki personal eustress yang tinggi apabila stress yang dialami secara totalitas diluar benar-benar kemampuan yang dimiliki baik secara fisik dan mental dan bersifat memaksa dan menekan yang bertujuan untuk pencapaian akan seseuatu yang berarti dan memenangkan pertandingan.
Berbagai stressor yang menimbulkan terjadi eustress sendiri, menurut safarina adalah:
Ø  Stressor yang berasal dari individu tersebut yang berupa penyakit dan konflik.
Ø  Stressor yang berasal dari lingkungan keluarga yaitu stres yang dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan-kebutuhan dan kepribadian masing-masing anggota keluarga yang berdampak bagi anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari masalah finansial, adanya tujuan yang berbeda dalam keluarga, kematian dari anggota keluarga.
Ø  Stressor yang berasal dari anggota masyarakat  
Ø  Life change-events yaitu peristiwa-peristiwa yang membawa perubahan yang menuntut individu untuk melakukan adaptasi terhadap perilaku tersebut.

Dalam diri seorang pendatang yang menghadapi kebudayaan baru, tentunya akan menimbulkan reaksi stress yang positif (eustress) tinggi. Seorang pendatang akan sangat bermotivasi untuk mengahadapi tantangan dan melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan setenpat. Seorang pendatang yang mengalami stress akan sangat kelihatan dari dinamika psikologisnya, dimana individu tersebut akan bereaksi secara fisik, emosi, kognitif maupun reaksi tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat.
Terkait dengan judul diatas bahwa seorang pendatang pada suatu kebudayaan tertentu akan menimbulakn personal eustress, maka dalam hal ini akan dibatasi pendatang yang melakukan emigrasi dan imigrasi, dimana jika dilihat dari tujuan daerah yang didatangi memiliki kultur yang sangat berbeda dari daerah asal.
Hampir setipa tahunnya, kita mengetahui bahwa jumlah TKI dari berbagai daerah meningkat, walaupun


Mengacu pada pendapat Suharsono di dalam kebudayaan itu manusia memeliki seperangkat pengetahuan yang dipakai untuk memahami serta menginterpretasikan dirinya dengan lingkungan yang baru. Manusia juga mempunyai pengetahuan kebudayaan yang dipakai sehubungan dalam menghadapi kebudayaan suku bangsa asal setempat. Pengetahuan itu tentunya sangat banyak mendukung terhadap proses adaptasi.
Fenomena yang lain, kita tentu mengetahui bahwa hampur setiap tahunnya
Pada umumnya kebudayaan itu bersifat adaptif, karena kebudayaan itu membekali manusia dengan cara-cara penyesuaian psikologis dan penyesuaian terhadap lingkungan yang bersifat geografis. Dengan demikian berbagai tantangan yang dihadapi akan menjadikan personal eustress dalam diri seseorang dalam mencapai penyesuain terhadap kebudayaan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar